Sebuah hajatan yang luar biasa. Hingga raga sang pawang merapi ikut luluh bersama ratusan raga lain. Nyawa meraka terbuai dengan iringan musik rimba. Terbang bersama debu-debu vulkanik yang menutupi langit di berbagai kota di pulau jawa.
Hajatan Merapi kali ini berdampak bukan hanya pada penduduk sekitar merapi, tapi ke suluruh daerah hingga puluhan kilometer. Debu-debu vulkanik yang dikeluarkan beterbangan dan menghinggapi kota-kota seperti Bandung, Bogor dan Tasikmalaya. Konon debu-debu vulkanik sangat berbahaya. Fakta mengenai debu vulkanik ini perlu kita ketahui. Agar kita sebisa mungkin menghindarinya. For our health, actually.
- Debu vulkanik mengandung mineral kwarsa, kristobalit atau tridimit. Mineral-mineral ini adalah kristal silika bebas yang diketahui dapat menyebabkan silicosis (kerusakan saluran napas kecil di paru sehingga terjadi gangguan pertukaran gas di alveolus paru). Penyakit ini biasanya ditemukan pada pekerja tambang yang terpapar silika bebas dalam jangka panjang.
- Selain itu H2O, CO2, SO2, ditemukan juga jenis gas-gas lain dalam jumlah kecil seperti hidrogen sulfida (H2S), hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), hidrogen klorida (HCl), hidrogen fluorida (HF) dan helium (He). Gas-gas ini pada konsentrasi tertentu bisa menyebabkan sakit kepala, pusing, diare, bronkhitis (radang saluran napas) atau bronchopneumonia (radang jaringan paru), iritasi selaput lendir saluran pernapasan, iritasi kulit serta bisa juga mempengaruhi gigi dan tulang.
- Orang-orang yang terpapar oleh debu vulkanik ini biasanya mengalami keluhan pada mata, hidung, kulit dan gejala sakit pada tenggorokannya.
- Gejala pernapasan akut yang sering dilaporkan oleh masyarakat setelah gunung mengeluarkan abu atau debu adalah iritasi selaput lendir dengan keluhan pilek dan beringus, iritasi dan sakit tenggorokan (kadang disertai batuk kering), batuk dahak, sesak napas, iritasi pada jalur pernapasan dan juga napas menjadi tidak nyaman.
- Debu vulkanik dengan berbagai ukuran ini dapat juga mengiritasi selaput lendir mata, sehingga mengganggu penglihatan dan dapat terjadi infeksi sekunder pada mata. Dan akan lebih mudah timbul pada orang yang menggunakan lensa kontak. Umumnya, gejala yang timbul adalah merasa seolah-olah ada benda asing di mata, mata terasa nyeri, gatal atau merah, mata terasa lengket, kornea mata lecet atau terdapat goresan, adanya peradangan pada kantung conjuctival yang mengelilingi bola mata sehingga mata menjadi merah, terasa seperti terbakar dan sensitif terhadap cahaya.
- Bila mungkin, hindari saja daerah-daerah yang terkena zona abu
- Tutup mulut dan hidung atau kenakan masker standard kesehatan karena debu abu vulkanik berbahaya bagi pernafasan.
- Gunakan kacamata untuk melindungi mata
- Lindungi kulit dari iritasi akibat debu vulkanik
- Bersihkan atap dari abu secepatnya karena bisa meruntuhkan atap bangunan bila debu itu tebal.
- Hati-hati ketika bekerja di atap bangunan rumah
- Hindari mengendarai kendaraan di daerah hujan abu lebat. Karena mengendarai kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat merusak mesin kendaraan tersebut.
- Bagi yang memiliki riwayat penyakit pernafasan, sedapat mungkin hindari kontak dengan abu vulkanik
- Tinggal di rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar rumah
- Hindari daerah bahaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah
- Aliran lahar dan banjir bisa datang tiba tiba, kebakaran hutan, bahkan aliran awan panas yang mematikan tidak terdeteksi jangkauannya bisa membayakan.
- Jangan coba coba dekati gunung api yang sedang meletus
- Apabila melihat permukaan aliran air sungai naik cepat cari daerah yang lebih tinggi. Apabila aliran lahar melewati jembatan jauhi jembatan tersebut.
- Aliran lahar memiliki daya kekuatan yang besar, membentuk aliran yang mengandung lumpur dan bahan gunung api lainnya yang dapat bergerak dengan kecepatan 30-60 kilometer perjam.
- Awan panas yang mengandung debu gunungapi dapat membakar tumbuhan yang dilaluinya dengan amat cepat.
Dan tetap tiuti informasi berita tentang gunung api melalui media cetak maupun elektronik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar